Desa Krebet adalah desa yang berada diatas bukit Selarong. Sebuah desa yang tidak cocok digunakan sebagai tempat tinggal karena berupa semak belukar dan pepohonan kayu tidak berharga. Banyak warga di sekitar bukit mencoba membuka lahan hutan untuk area pertanian. Salah satunya adalah keturunan dari warga Mangir, yaitu Mangir Bedhah yang telah tersebar ke wilayah utara desa hingga desa Sedayu dan Triwidadi. Salah satunya adalah Nenek Kasem yang mencoba membuka lahan di perbukitan Selarong.
Desa ini kemudian dinamakan desa krebet karena terdapat banyak pohon krebet. Hingga saat ini pohon Krebet masih ada dipersimpangan jalan sekitar Sanggar Punokawan dan Sendang Tirto Waluyo, Bantul. Sebuah area wisata edukasi pembelajaran untuk membuat topeng kayu bati, gerabah dan kerajinan lainnya.
Tidak heran jika mata pencaharaian masyarakat Triwidadi mengandalkan dari hasil pertanian. Tanaman pertanian berupa: polo kependem, polo gumantung, polo kesimpar dan polowijo. Terdapat banyak pohon jambu biji yang tumbuh di wilayah Goa Selarong. Banyak warga setempat bekerja sebagai petani, namun sekarang banyak yang beralih sebagai perajin kayu. Kemungkinan besar mereka mencari usaha sampingan lain, karena pertanian sifatnya musiman dan tergantung pengairan dari tadah hujan. Bahkan warga sempat berprofesi sebagai pembuat bagor tenun yang terbuat dari daun gebang yang dinamai Agel. Namun, hal ini tidak berlangsung lama karena terdesak oleh kantong pembungkus yang terbuat dari plastik buatan pabrik.
Beberapa nama desa di sekitar Krebet cukup unik dan menggunakan nama tumbuhan seperti; dusun Pringgading (bambu kuning), Dadapbong, Serut, Kalibagor, Kalinongko dan lainnya. Desa Krebet juga masih kuat budaya ritual adat peninggalan nenek moyang, antara lain upacara Suran, Ruwahan dan Selikuran.