Makam Imogiri adalah tempat sakral dan menjadi makam raja Mataram Islam. Pada jaman kerajaan dulu, sebagian besar para raja di nusantara masih bersifat sentralistik dalam aspek kehidupan dan mengacu kepada kekuasaan tunggal yaitu Sang Maharaja. Setiap wilayah kabupaten diharuskan memberikan upeti kepada kerajaan penguasa dan jika menolak, maka akan diserang dan dihancurkan kerajaannya. Pola kehidupan sang Raja menjadi perhatian utama para pengikut saat itu, hingga tempat pemakaman yang sudah dipersiapkan saat raja masih hidup.
Kemegahan bangunan Makam Imogiri terlihat ketika memasuki pintu gerbang makam para Raja Mataram. Makam Imogiri dibangun pada tahun 1632 Masehi oleh Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo dan merupakan keturunan dari Panembahan Senopati Raja Mataram I. Makam Imogiri terletak di sisi selatan kota Yogyakarta dan berada diatas perbukitan yang masih satu gugusan pegunungan Seribu.
Kompleks pemakaman Imogiri dibagi menjadi tiga bagian makam, yaitu: makam Sultan Prabu Hanyokrokusumo, Amangkurat II, Amangkurat III beserta satu permaisurinya. Pada bagian sayap kiri terdiri dari Pakubuwono I, Pakubuwono III dan Amangkurat Jawi. Di wilayah sayap kanan terdiri dari para ratu kraton Solo, Pakubuwono III beserta selir dan permaisuri.
Cerita mengenai kesaktian orang jaman dahulu sering terdengar terutama Ratu Pantai Selatan. Menurut cerita orang setempat, waktu itu Panembahan Senopati sang pendiri Mataram sedang bertapa di laut selatan. Ketika itu, seluruh laut selatan bergetar karena merasakan hawa sakti dari Panembahan Senopati. Kemudian muncul Ratu Pantai Selatan menemui Panembahan Senopati agar menghentikan pertapaannya. Sang Ratu Pantai Selatan akan membantu keinginan Panembahan Senopati. Sang Ratu hanya punya satu permintaan, yaitu seluruh raja Mataram harus menjadi suaminya secara otomatis, tapi tidak memberikan keturunan.