Candi Sewu terletak di desa Bugisan, kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Berada berdekatan dengan Candi Prambanan sekitar 800 meter di sebelah utara. Dibangun pada abad ke-13 Masehi, atas perintah penguasa kerajaan Mataram pada saat itu, yaitu Rakai Panangkaran dan Rakai Pikatan yang beraliran agama Hindu. Meskipun raja memeluk agama Hindu, kerajaan Mataram pada saat itu mendapat pengaruh kuat dari dinasti Syailendra yang beragama Buddha. Para ahli menduga, bahwa candi Sewu adalah pusat kegiatan agama Buddha. Dugaan ini atas dasar pada isi prasasti batu andesit yang ditemukan di salah satu candi perwara. Prasasti ditulis dalam bahasa Melayu Kuno yang dikenal dengan nama Manjusrigrta. Dalam prasasti itu diceritakan tentang kegiatan penyempurnaan prasada yang bernama Wajrasana Manjusrigrha pada tahun 792 Masehi. Nama Manjusri juga disebut dalam prasasti Kelurak tahun 782 Masehi yang ditemukan di sekitar candi Lumbung.
Candi Sewu terletak berdampingan dengan candi Prambanan dan masuk dalam kawasan wisata Candi Prambanan, terdapat dua candi lagi yaitu Lumbung dan Bubrah. Beberapa candi lain, yaitu candi Gana, sekitar 300 meter di sebelah timur, candi Kulon sekitar 300 meter di sebelah barat dan Candi Lor sekitar 200 meter di sebelah utara. Keberadaan candi Sewu dan Prambanan di satu komplek menunjukan, bahwa pada waktu itu masyarakat Hindu dan Buddha hidup secara berdampingan dan harmonis.
Kata Sewu dalam bahasa Jawa berarti Seribu, menunjukkan bahwa candi Sewu jumlahnya banyak, meskipun sesungguhnya jumlah candi sebanyak 249 buah. Gugusan candi Sewu terdiri dari; 1 candi utama, 8 candi pengapit, dan 240 candi perwara. Candi utama terletak di tengah dan dikelilingi oleh candi pengapit dan candi perwara dengan susunan simetris. Candi Sewu mempunyai 4 pintu masuk, yaitu di sisi timur, barat, utara dan selatan. Masing-masing candi tersebut mempunyai sepasang patung Dwarapala yang saling berhadapan.