You are here

Sendangsono

Sendangsono adalah tempat suci umat beragama Katholik dan menjadi salah satu Lourdess-nya Indonesia. Berada di lereng bukit Menoreh dan mempunyai gaya arsitektur bangunan yang unik. Bulan Mei dan Oktober, Sendangsono ramai di kunjungi oleh peziarah dari penjuru kota di Indonesia, bahkan ada yang datang dari luar negeri. Selain melihat keunikan bangunan dan berdoa, para peziarah dapat mengambil air suci dari sumber mata air di Sendangsono. Mereka percaya, bahwa air suci tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Nama Sendangsono berasal dari kata Sendang dan Sono. Sendang berarti mata air dan Sono adalah sebuah nama pohon Sono. Pada mulanya Sendangsono merupakan tempat transit untuk istirahat bagi para pejalan kaki dari kecamatan Borobudur Magelang ke Boro atau sebaliknya. Tempat suci Sendangsono banyak dikunjungi karena keberadaan sebuah sendang yang muncul di antara dua pohon Sono. Karena sejuk dan nyaman disekitar, maka tempat ini juga dimanfaatkan untuk bertapa oleh beberapa biksu Buddha untuk lebih mensucikan diri dan menyepi. Nilai spiritual muncul dan menguat seiring dengan adanya kepercayaan yang didasarkan dari sebuah legenda, bahwa tempat ini dihuni oleh Dewi Lantamsari dan putra tunggalnya yang bernama Den Baguse Samijo.

Pada tanggal 20 Mei 1904, dilakukan pembaptisan 173 warga sekitar oleh Pastur Van Lith dengan menggunakan air dari Sendangsono. Mulai saat itu, Sendangsono berubah fungsi sebagai tempat ziarah umat Katholik. Selain berdoa dan untuk menenangkan diri, juga disuguhi dengan keindahan arsitektur bangunan unik hasil rancangan dari Y.B Mangunwijaya dan meraih penghargaan Aga Khan award.